Senin, 06 Juli 2015

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU YANG MEMPUNYAI PENYAKIT ASMA



ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU YANG MEMPUNYAI PENYAKIT ASMA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Perubahan sistem respirasi pada kehamilan diperlukan untuk pertumbuhan janin  dan kebuthan oksigen maternal. Perubahan sistem respirasi meliputi perubahan kebutuhan oksigen, dyspnea (sesak napas) dan peningkatan volume tidal.
Selama kehamilan terjadi perubahan fisiologi pernapasan yang disebabkan oleh perubahan hormonal dan faktor mekanik. Pengaruh hormonal (peningkatan kadar estrogen) menyebabkan ligamen pada kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat. Sedangkan perubahan mekanis meliputi elevasi posisi istirahat diafragma kurang lebih 4 cm, peningkatan 2 cm tranversal saat sudut subkostal dan iga bawah melebar, serta lingkar toraks melingkar kurang lebih 6 cm. Semua perubahan ini disebabkan oleh pembesaran uterus akibat tekanan keatas. Perubahan-perubahan ini diperlukan untuk mencukupi peningkatan kebutuhan metabolik dan sirkulasi untuk pertumbuhan janin, plasenta dan uterus. Adanya perubahan-perubahan ini juga menyebabkan perubahan pola pernapasan dari pernapasan abdominal menjadi torakal yang juga memberikan pengaruh untuk memenuhi peningkatan konsumsi oksigen maternal selama kehamilan. Perubahan hormonal pembesaran mukosa saluran respirasi. Pernafasan melalui hidung akan semakin sulit, sehingga wanita hamil cenderung bernafas dengan mulut, terutama pada malam hari. Hal ini akan menyebabkan terjadinya xerostomia. Insidensi xerostomia pada wanita hamil adalah sekitar 44%. Xerostomia ini akan meningkatkan frekuensi karies gigi. Selain itu, peningkatan progesteron menyebabkan hiperventilasi. Hiperventilasi pada kehamilan adalah hiperventilasi relatif, artinya kenaikan ventilasi alveolar diluar pengaruh CO2 sehingga PaCO2 menurun.

1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa pengertian asma?
b.      Apa etiologi asma?
c.       Bagaimana tanda dan gejala asma?
d.      Bagaimana cara menentukan diagnosa pada asma?
e.       Bagaimana penatalaksanaan asma pada kehamilan?
f.       Bagaimana pencegahan asma?
g.      Bagaimana asuhan kebidanan pada asma?


1.3  Tujuan
 Agar mahasiswa dapat mampu mendeteksi dini penyulit kehamilan terutama penyulit kehamilan yang disertai dengan asma.

1.4  Manfaat
 Dengan disusunnya makalah asma pada kehamilan dengan asuhan kebidanannya diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa pada khususnya dan pembaca pada umumnya.






























BAB II
TINJAUAN PUTAKA

2.1 Definisi Asma
Asma dalam kehamilan adalah gangguan inflamasi kronik jalan napas terutama sel mast dan eosinofil sehingga menimbulkan gejala periodik berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk yang ditemukan pada wanita hamil.
Asma bronchial adalah gangguan fungsi aliran udara paru yang ditandai oleh kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsangan dengar karakteristik bronkospasme, hiper sekresimukosa dan infeksi saluran pernafasan.
Asma bronchial adalah penyakit dengan karakteristik peningkatan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan. Dengan manifestasi penyempitan trachea dan bronkus yang luas dan menyeluruh dengan derajat yang berubah, karena pengobatan maupun secara spontan.
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.


2.2 Etiologi
Etiologi yang pasti dari asma belum diketahui, dari hasil penelitian yang dilakukan, menjelaskan bahwa saluran nafas penderita asma mempunyai sifat yang sangat khas, yaitu sangat peka terhadap berbagai rangsangan.
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3.  Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan  asma bronkhial.
a.       Faktor predisposisi
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b.      Faktor presipitasi
1)      Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
a)      Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b)      Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contoh : makanan dan obat-obatan.
c)      Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan.


2)      Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau,musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
3)      Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
4)      Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5)      Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

2.3 Tanda dan gejala Asma Bronkialis
        a.   Batuk keras karena gatal di tenggorokan.
        b.   Dipsnoe yang hebat.
c.   Cianosis pada ekstrenitas atas dan bawah.
d.   Nafas berbunyi / mengi (wheezing).
e.   Nadi cepat dan dangkal.
f.    Keringat dingin dan takut pada waktu serangan biasanya pada malam hari.
g.   Produksi spontan.

2.4 Patofisiologi
Dasar kelainan pada asma adalah suatu hiperaktivitas bronkus yaitu sindroma klinik yang ditandai oleh kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsangan, baik rangsangan dari dalam maupun dari luar.
Dengan manifestasi penyempitan saluran nafas yang menyeluruh dengan derajat yang berubah-ubah secara spontan atau dengan pengobatan.
Ada 2 komponen penyempitan saluran nafas pada asma yaitu :
a.   Bronkospasme
Disebabkan karena kontraksi otot polos bronkus.
b.   Inflamasi dinding mukosa saluran nafas
Menyebabkan edema dan hiopersekresi mukosa. Hal tersebut menyebabkan obstruksi aliran udara.          

2.5 Penatalaksanaan medis asma bronkialis
      Gunakan obat lokal seperti aminofilin atau kortikosteroid inhalasi atau oral pada serangan asma ringan. Obat antiasma modern umumnya tidak berpengaruh negatif terhadap janin selama digunakan sesuai anjuran dokter, kecuali adrenalin. Adrenalin mempengaruhi pertumbuhan janin akibat penyempitan pembuluh darah ke janin yang dapat mengganggu oksigenasi pada janin tersebut. Namun harus diingat bahwa aminofilin dapat menyebabkan penurunan kontraksi uterus saat persalinan nanti.
a.          Mencegah timbulnya stress
b.         Menghindari factor resiko (pencetus ) yang sudah diketahui, secara intensif
c.          Mencegah penggunaan obat seperti aspirin dan semacam yang dapat menjadi pencetus timbulanya serangan
d.         Pada asma yang ringan dapat digunakan obat – obat local yang berbentuk inhalasi, atau peroral seperti isoproterenol.
e.          Pada keadaan lebih berat penderita harus dirawat dan serangan dapat dihilangkan dengan 1 atai lebih dari obat dibawah ini :
1)      Epineprin yang telah dilarutka (1:1000), 0,2-0,5 ml, disuntikan subkutis
2)      Isoproterenol (1:100) berupa inhalasi 3-7 hari
3)      Oksigen
4)      Aminofilin 250-500 mg (6mg/kg) dalam infuse glucose 5 %
5)      Hidrokortison 260-1000mg iv pelan-pelan atau /infuse dalam dekstrose 10%.

2.6 Pengaruh terhadap Kehamilan
a. Keguguran
b. Persalinan prematur
c.  Pertumbuhan janin terhambat.

2.7 Hal-hal untuk mencegah agar tidak terjadi asma pada saat hamil
a)      Jangan merokok
b)      Kenali faktor pencetus
c)      Hindari flu, batuk, pilek atau interaksi saluran nafas lainnya
d)     Bila tetap mendpat serangan asma, segera berobat untuk mengindari terjadinya kekurangan oksigen pada janin
e)      Hanya makan obat-obatan yang di anjurkan dokter
f)       Hindari faktor resiko lain selama kehamilan
g)      Jangan memelihara kucing atau hewan berbulu lainnya
h)      Pilih tempat tinggal yang jauh dari faktor polusi, juga hindari lingkungan dalam rumah dari perabotan yang membuat alergi. Seperti bulu karpet, bulu kapuk, asap rokok, dan debu yang menempel di alat-alat rumah tangga
i)        Hindari stres dan ciptakan lingkungan psikologis yang tenang
j)        Sering-sering melakukan rileksasi dan mengatur nafas
k)      Lakukan olahraga atau senam asma, agar daya tahan tubuh makin kuat sehingga tahan terhhadap faktor pencetus





BAB III
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
SOAP
S          : Sesak pada dada nya, sering kelelahan dan  apabila bernafas berbunyi.
O         : Inspeksi         :  Keadaan umum baik, tidak ada retraksi dinding dada dan ada
wheezing.
              Palpasi           : TFU 3jrbpx, PUKA, Kepala, BAP.
              Auskultasi     : Bising mengi.
             Perkusi           : Refleks patella kanan dan kiri positif.
A         : Asma Bronkialis.
P          : 1. Memberikan ibu nasihat untuk beraktifitas sesuai kemampuan dan
menghindari yang menjadi factor pencetus asma seperti : stress, emosi,
lingkungan kera, olah raga, dan istirahat yang cukup.
2. Member tahu ibu posisi tidur yang nyaman yaitu dengan miring ke kiri
kaki kiri lurus dan kaki kanan agak sedikit ditekuk,perut diganjal bantal
keci,agar sirkulasi darah dan oksigen lancer sehingga hibu tidak
merasakan sesak.
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG dalam pemberian obat :
a.       Ketotifen 2x1 mg/ hari
b.      Metaproterenol




BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asma bronchial adalah gangguan fungsi aliran udara paru yang ditandai oleh kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsangan dengar karakteristik bronkospasme, hiper sekresimukosa dan infeksi saluran pernafasan. Asma dapat timbul pada berbagai usia, gejalanya bervariasi dari ringan sampai berat dan dapat dikontrol dengan berbagai cara. Gejala asma dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsangan antara lain infeksi, alergi, obat-obatan, polusi udara, bahan kimia, beban kerja atau latihan fisik, bau-bauan yang merangsang dan emosi. 
Obat-obatan : sama saja dengan obat-obat asma pada masa tidak hamil aminofilin, efidrin, epinefrin dan kortikosteroid. Pemberian kortikosteroid harus hati-hati ada kasus pre-eklamsi, karena obat ini dapat menyebabkan retensi cairan dan kenaikan tekanan darah. Juga harus tersedia tabung oksigen untuk menghadapi status asmatikus.
3.2 Saran
Pendeteksian dini melalui pemeriksaan antenatal sangat penting dilakukan untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi. Diadakannya penyuluhan kepada masyarakat terutama ibu hamil supaya memeriksakan kehamilannya secara teratur supaya dapat mendeteksi segala komplikasi secara dini agar dapat menurunkan tingkat kesakitan dan kematian ibu dan bayi.








DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.BP-SP:Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono.2002.Ilmu Kebidanan.BP-SP: Jakarta
http://modulkesehatan.blogspot.com/2012/12/makalah-asma-bronchial.html




    






Minggu, 31 Mei 2015

EROSI PORTIO/EROSI SERVIKS

BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Serviks merupakan bagian uterus yang berada di bagian bawah, berupa saluran yang menghubungkan uterus dengan vagina. Pada daerah ini sering didapatkan pola pertumbuhan jaringan abnormal, baik jinak maupun ganas. Erosi portio adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah porsio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi dengan kuman-kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia /alat tertentu; umumnya disebabkan oleh infeksi. Erosi porsio atau disebut juga dengan erosi serviks adalah hilangnya sebagian / seluruh permukaan epitel squamous dari serviks. Jaringan yang normal pada permukaan dan atau mulut serviks digantikan oleh jaringan yang mengalami inflamasi dari kanalis serviks. Jaringan endoserviks ini berwarna merah dan granuler, sehingga serviks akan tampak merah, erosi dan terinfeksi. Erosi serviks dapat menjadi tanda awal dari kanker serviks. Hal ini merupakan reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan terjadilah erosi portio.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penyusunan laporan ini adalah agar mampu memahami
dan melakukan asuhan pada ibu dengan erosi porsio.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penyusunan laporan ini, diharapkan mahasiswa :
1)      Memahami definisi dari erosi porsio
2)      Memahami penyebab dari erosi porsio
3)      Mengerti tentang penatalaksanaan erosi porsio
4)      Mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan erosi porsio








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
   
Konsep Dasar Erosi Portio/Erosi Serviks
2.1     Pengertian
        Erosi portio adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah porsio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena infeksi dengan kuman-kuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia /alat tertentu; umumnya disebabkan oleh infeksi. Erosi porsio atau disebut juga dengan erosi porsio adalah hilangnya sebagian / seluruh permukaan epitel squamous dari serviks. Jaringan yang normal pada permukaan dan atau mulut serviks digantikan oleh jaringan yang mengalami inflamasi dari kanalis serviks. Jaringan endoserviks ini berwarna merah dan granuler, sehingga serviks akan tampak merah, erosi dan terinfeksi. Erosi porsio dapat menjadi tanda awal dari kanker serviks.

2.2     Patofisiologi
Proses terjadinya erosi portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya AKDR. AKDR yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca, kemudian bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi / koalugasi membaran sel dan terjadilah erosi portio. Bisa juga dari gesekan benang AKDR yang menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan sel superfisialis terkelupas dan terjadilah erosi portio. Dari posisi AKDR yang tidak tepat menyebabkan reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan sekresi sekret vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan terjadilah erosi portio. Dari semua kejadian erosi portio itu menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan metastase keganasan leher rahim. Selain dan personal hygiene yang kurang, AKDR juga dapat menyebabkan bertambahnya volume dan lama haid. Darah merupakan media subur untuk masuknya kuman dan menyebabkan infeksi, dengan adanya infeksi dapat kuman masuk dan menyebabkan infeksi. Dengan adanya infeksi dapat menyebabkan epitel portio menipis sehingga mudah menggalami erosi porsio, yang ditandai dengan sekret bercampur darah, metrorrhagia, ostium uteri eksternum tampak kemerahan, sekred juga bercampur dengan nanah, ditemukan ovulasi nabothi (Winkjosastro, 2005).

2.3  Penyebab erosi portio/erosi serviks
1. Level estrogen : erosi serviks merupakan respons terhadap sirkulasi
estrogen dalam tubuh.
a)      Dalam kehamilan: erosi serviks sangat umum ditemukan dalam kehamilan kerena level estrogen yang tinggi. Erosi serviks dapat menyebabkan perdarahan minimal selama kehamilan, biasanya saat berhubungan seksual ketika penis menyentuh serviks. Erosi akan menghilang spontan 3-6 bulan setelah melahirkan.
b)      Pada wanita yang mengkonsumsi pil KB: erosi serviks lebih umum terjadi pada wanita yang mengkonsumsi pil KB dengan level estrogen yang tinggi.
c)      Pada bayi baru lahir: erosi serviks ditemukan pada 1/3 dari bayi wanita dan akan menghilang pada anak-anak oleh karena respon maternal saat bayi berada di dalam rahim.
2. Infeksi : teori bahwa infeksi menjadi penyebab erosi serviks mulai menghilang. Bukti menunjukkan bahwa infeksi menyebabkan erosi, tapi kondisi erosi akan lebih mudah terserang bekteri dan jamur sehingga mudah terinfeksi.
3. Penyebab lain : infeksi kronis di vagina, douche dan kontrasepsi kimia dapat mengubah level keasaman vagina dan sebabkan erosi serviks. Erosi serviks juga dapat disebabkan karena trauma (hubungan seksual, penggunaan tampon, benda asing di vagina, atau terkena speculum).

2.4  Klasifikasi
Erosi porsio dapat dibagi menjadi 3:
1)   Erosi ringan : meliputi ≤ 1/3 total area serviks
2)   Erosi sedang : meliputi 1/3-2/3 total area serviks

2.5  Gejala Erosi Porsio
1)   Mayoritas tanpa gejala
2)   Perdarahan vagina abnormal (yang tidak berhubungan dengan siklus
      menstruasi) yang terjadi :
a)    Setelah berhubungan seksual (postcoital)
b)   Diantara siklus menstruasi
c)    Disertai keluarnya cairan mucus yang jernih / kekuningan, dapat
      berbau jika disertai infeksi vagina
d)   Erosi porsio disebabkan oleh inflamasi, sehingga sekresi serviks
      meningkat secarasignifikan, membentuk mukus, mengandung banyak
      sel darah putih, sehingga ketika sperma melewati serviks akan
     mengurangi vitalitas sperma dan menyulitkan perjalanan sperma. Hal
     ini dapat menyebabkan terjadinya infertilitas pada wanita.
2.7  Penanganan erosi porsio/erosi serviks
1) Memberikan albotyl di sekitar Erosio pada portio.
2) Melakukan penatalaksanaan pemberian obat.
a)  Lyncopar 3 x 1 untuk infeksi berat yang disebabkan oleh bakteri
     /streptokokus pneomokokus stafilokokus dan infeksi kulit dan
     jaringan lunak.
b)  Ferofort 1 x 1 berfungsi untuk mengobati keputihan 
c)  Mefinal 3 x 1 berfungsi untuk menghilangkan rasa sakit

































BAB III
PENUTUP


3.1 Simpulan
Erosi portio adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah porsio serviks uteri (mulut rahim).
  1. Penyebab erosi porsi antara lain:
1)   ritasi karena benda asing atau zat kimia
2)   kehamilan
3)   level estrogen dalam tubuh yang tinggi, karena penggunaan kontrasepsi
     hormonal yang mengandung estrogen tinggi atau karena penggunaan
     TSH (Terapi Sulih Hormon).
4)   infeksi kronis yang naik dari vagina.
b.      Gejala yang ditemui pada erosi porsio antara lain:
1)    mayoritas tanpa gejala
2)    postcoital bleeding
3)    keputihan yang banyak, kadang berbau, bapat juga bercampur darah
  1. Penatalaksanaan umum untuk erosi porsio antara lain:
1)    Pemberian Polikresulen 36% (Albothyl) diarea erosi untuk mempercepat regenerasi sel
2)    Pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri
3)    Rujukan untuk diagnosa dan terapi spesifik bila dicurigai adanya kelainan dan proses keganasan dari erosi.

3.2  Saran
Saran untuk petugas kesehatan, terutama bidan yaitu agar dapat mengenali
tanda dan gejala erosi porsio agar diagnosa penatalaksaan yang diberikan menjadi efektif sehingga didapatan hasil penyembuhan yang optimal.












DAFTAR PUSTAKA


Sarwono Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP
__________________. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBPSP
Ida Bagus Gde Manuaba. 2005. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk pendidikan Bidan. Jakarta. EGC
___________________. 2005. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.Jakarta: EGC
Ida Bagus Gde Manuaba. 2007. Kesehatan Wanita. Jakarta. EGC