ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU YANG MEMPUNYAI PENYAKIT ASMA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan sistem
respirasi pada kehamilan diperlukan untuk pertumbuhan janin dan kebuthan oksigen maternal. Perubahan
sistem respirasi meliputi perubahan kebutuhan oksigen, dyspnea (sesak napas)
dan peningkatan volume tidal.
Selama kehamilan
terjadi perubahan fisiologi pernapasan yang disebabkan oleh perubahan hormonal
dan faktor mekanik. Pengaruh hormonal (peningkatan kadar estrogen) menyebabkan
ligamen pada kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat.
Sedangkan perubahan mekanis meliputi elevasi posisi istirahat diafragma kurang
lebih 4 cm, peningkatan 2 cm tranversal saat sudut subkostal dan iga bawah
melebar, serta lingkar toraks melingkar kurang lebih 6 cm. Semua perubahan ini
disebabkan oleh pembesaran uterus akibat tekanan keatas. Perubahan-perubahan
ini diperlukan untuk mencukupi peningkatan kebutuhan metabolik dan sirkulasi
untuk pertumbuhan janin, plasenta dan uterus. Adanya perubahan-perubahan ini
juga menyebabkan perubahan pola pernapasan dari pernapasan abdominal menjadi
torakal yang juga memberikan pengaruh untuk memenuhi peningkatan konsumsi
oksigen maternal selama kehamilan. Perubahan hormonal pembesaran mukosa saluran
respirasi. Pernafasan melalui hidung akan semakin sulit, sehingga wanita hamil
cenderung bernafas dengan mulut, terutama pada malam hari. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya xerostomia. Insidensi xerostomia pada wanita hamil
adalah sekitar 44%. Xerostomia ini akan meningkatkan frekuensi karies gigi.
Selain itu, peningkatan progesteron menyebabkan hiperventilasi. Hiperventilasi
pada kehamilan adalah hiperventilasi relatif, artinya kenaikan ventilasi
alveolar diluar pengaruh CO2 sehingga PaCO2 menurun.
1.2 Rumusan Masalah
a.
Apa pengertian asma?
b.
Apa etiologi asma?
c.
Bagaimana tanda dan gejala asma?
d.
Bagaimana cara menentukan diagnosa pada
asma?
e.
Bagaimana penatalaksanaan asma pada
kehamilan?
f.
Bagaimana pencegahan asma?
g.
Bagaimana asuhan kebidanan pada asma?
1.3 Tujuan
Agar mahasiswa dapat mampu
mendeteksi dini penyulit kehamilan terutama penyulit kehamilan yang disertai
dengan asma.
1.4 Manfaat
Dengan disusunnya makalah asma pada kehamilan
dengan asuhan kebidanannya diharapkan dapat menambah wawasan mahasiswa pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.
BAB
II
TINJAUAN
PUTAKA
2.1 Definisi Asma
Asma
dalam kehamilan adalah gangguan inflamasi kronik jalan napas terutama sel mast
dan eosinofil sehingga menimbulkan gejala periodik berupa mengi, sesak napas,
dada terasa berat, dan batuk yang ditemukan pada wanita hamil.
Asma
bronchial adalah gangguan fungsi aliran udara paru yang ditandai oleh kepekaan
saluran nafas terhadap berbagai rangsangan dengar karakteristik bronkospasme,
hiper sekresimukosa dan infeksi saluran pernafasan.
Asma
bronchial adalah penyakit dengan karakteristik peningkatan hiperaktivitas
bronkus terhadap berbagai rangsangan. Dengan manifestasi penyempitan trachea
dan bronkus yang luas dan menyeluruh dengan derajat yang berubah, karena
pengobatan maupun secara spontan.
Asma
bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana
trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma
bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan
maupun hasil dari pengobatan.
2.2 Etiologi
Etiologi
yang pasti dari asma belum diketahui, dari hasil penelitian yang dilakukan,
menjelaskan bahwa saluran nafas penderita asma mempunyai sifat yang sangat
khas, yaitu sangat peka terhadap berbagai rangsangan.
Berdasarkan
penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu :
yaitu :
1. Ekstrinsik
(alergik)
Ditandai
dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat obatan (antibiotic
dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan
adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada
faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka
akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik
(non alergik)
Ditandai
dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa
juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan
asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu
dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa
pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma
gabungan
Bentuk
asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan
non-alergik.
Ada
beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronkhial.
a. Faktor
predisposisi
Dimana yang diturunkan
adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara
penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya
bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial
jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor
presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3,
yaitu :
a) Inhalan,
yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh : debu, bulu binatang, serbuk
bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan,
yang masuk melalui mulut. Contoh : makanan dan obat-obatan.
c) Kontaktan,
yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan, logam dan jam
tangan.
2) Perubahan
cuaca
Cuaca
lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir
yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim
kemarau,musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan
debu.
3) Stress
Stress/ gangguan emosi
dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan
asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati
penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka
gejala asmanya belum bisa diobati.
4) Lingkungan
kerja
Mempunyai hubungan
langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana
dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur
atau cuti.
5) Olah
raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar
penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau
aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas
tersebut.
2.3 Tanda dan gejala Asma
Bronkialis
a. Batuk
keras karena gatal di tenggorokan.
b. Dipsnoe yang hebat.
c. Cianosis
pada ekstrenitas atas dan bawah.
d. Nafas
berbunyi / mengi (wheezing).
e. Nadi
cepat dan dangkal.
f. Keringat
dingin dan takut pada waktu serangan biasanya pada malam hari.
g. Produksi spontan.
g. Produksi spontan.
2.4 Patofisiologi
Dasar
kelainan pada asma adalah suatu hiperaktivitas bronkus yaitu sindroma klinik
yang ditandai oleh kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsangan, baik
rangsangan dari dalam maupun dari luar.
Dengan
manifestasi penyempitan saluran nafas yang menyeluruh dengan derajat yang
berubah-ubah secara spontan atau dengan pengobatan.
Ada 2 komponen
penyempitan saluran nafas pada asma yaitu :
a. Bronkospasme
Disebabkan karena
kontraksi otot polos bronkus.
b. Inflamasi
dinding mukosa saluran nafas
Menyebabkan edema dan
hiopersekresi mukosa. Hal tersebut menyebabkan obstruksi aliran udara.
2.5 Penatalaksanaan medis asma
bronkialis
Gunakan obat lokal seperti aminofilin atau
kortikosteroid inhalasi atau oral pada serangan asma ringan. Obat antiasma
modern umumnya tidak berpengaruh negatif terhadap janin selama digunakan sesuai
anjuran dokter, kecuali adrenalin. Adrenalin mempengaruhi pertumbuhan janin
akibat penyempitan pembuluh darah ke janin yang dapat mengganggu oksigenasi
pada janin tersebut. Namun harus diingat bahwa aminofilin dapat menyebabkan
penurunan kontraksi uterus saat persalinan nanti.
a.
Mencegah timbulnya stress
b.
Menghindari factor resiko (pencetus )
yang sudah diketahui, secara intensif
c.
Mencegah penggunaan obat seperti aspirin
dan semacam yang dapat menjadi pencetus timbulanya serangan
d.
Pada asma yang ringan dapat digunakan
obat – obat local yang berbentuk inhalasi, atau peroral
seperti isoproterenol.
e.
Pada keadaan lebih berat penderita harus
dirawat dan serangan dapat dihilangkan dengan 1 atai lebih dari obat dibawah
ini :
1) Epineprin
yang telah dilarutka (1:1000), 0,2-0,5 ml, disuntikan subkutis
2) Isoproterenol
(1:100) berupa inhalasi 3-7 hari
3) Oksigen
4) Aminofilin
250-500 mg (6mg/kg) dalam infuse glucose 5 %
5) Hidrokortison
260-1000mg iv pelan-pelan atau /infuse dalam dekstrose 10%.
2.6 Pengaruh terhadap Kehamilan
a. Keguguran
b. Persalinan prematur
c. Pertumbuhan janin terhambat.
a. Keguguran
b. Persalinan prematur
c. Pertumbuhan janin terhambat.
2.7
Hal-hal untuk mencegah agar tidak terjadi asma pada saat hamil
a) Jangan
merokok
b) Kenali
faktor pencetus
c) Hindari
flu, batuk, pilek atau interaksi saluran nafas lainnya
d) Bila
tetap mendpat serangan asma, segera berobat untuk mengindari terjadinya kekurangan
oksigen pada janin
e) Hanya
makan obat-obatan yang di anjurkan dokter
f) Hindari
faktor resiko lain selama kehamilan
g) Jangan
memelihara kucing atau hewan berbulu lainnya
h) Pilih
tempat tinggal yang jauh dari faktor polusi, juga hindari lingkungan dalam rumah
dari perabotan yang membuat alergi. Seperti bulu karpet, bulu kapuk, asap rokok,
dan debu yang menempel di alat-alat rumah tangga
i)
Hindari stres dan ciptakan lingkungan
psikologis yang tenang
j)
Sering-sering melakukan rileksasi dan mengatur
nafas
k) Lakukan
olahraga atau senam asma, agar daya tahan tubuh makin kuat sehingga tahan
terhhadap faktor pencetus
BAB
III
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
SOAP
S : Sesak pada dada
nya, sering kelelahan dan apabila
bernafas berbunyi.
O : Inspeksi :
Keadaan umum baik, tidak ada retraksi dinding dada dan ada
wheezing.
Palpasi :
TFU 3jrbpx, PUKA, Kepala, BAP.
Auskultasi :
Bising mengi.
Perkusi :
Refleks patella kanan dan kiri positif.
A : Asma Bronkialis.
P :
1. Memberikan ibu nasihat untuk beraktifitas
sesuai kemampuan dan
menghindari
yang menjadi factor pencetus asma seperti : stress, emosi,
lingkungan
kera, olah raga, dan istirahat yang cukup.
2.
Member tahu ibu posisi tidur yang nyaman yaitu dengan miring ke kiri
kaki
kiri lurus dan kaki kanan agak sedikit ditekuk,perut diganjal bantal
keci,agar
sirkulasi darah dan oksigen lancer sehingga hibu tidak
merasakan
sesak.
3. Melakukan kolaborasi
dengan dokter Sp.OG dalam pemberian obat :
a. Ketotifen
2x1 mg/ hari
b. Metaproterenol
BAB
IV
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Asma
bronchial adalah gangguan fungsi aliran udara paru yang ditandai oleh kepekaan
saluran nafas terhadap berbagai rangsangan dengar karakteristik bronkospasme,
hiper sekresimukosa dan infeksi saluran pernafasan. Asma dapat timbul pada
berbagai usia, gejalanya bervariasi dari ringan sampai berat dan dapat
dikontrol dengan berbagai cara. Gejala asma dapat ditimbulkan oleh berbagai
rangsangan antara lain infeksi, alergi, obat-obatan, polusi udara, bahan kimia,
beban kerja atau latihan fisik, bau-bauan yang merangsang dan emosi.
Obat-obatan
: sama saja dengan obat-obat asma pada masa tidak hamil aminofilin, efidrin,
epinefrin dan kortikosteroid. Pemberian kortikosteroid harus hati-hati ada
kasus pre-eklamsi, karena obat ini dapat menyebabkan retensi cairan dan
kenaikan tekanan darah. Juga harus tersedia tabung oksigen untuk
menghadapi status asmatikus.
3.2
Saran
Pendeteksian
dini melalui pemeriksaan antenatal sangat penting dilakukan untuk
mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi. Diadakannya
penyuluhan kepada masyarakat terutama ibu hamil supaya memeriksakan
kehamilannya secara teratur supaya dapat mendeteksi segala komplikasi secara
dini agar dapat menurunkan tingkat kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono.2009.Ilmu
Kebidanan.BP-SP:Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono.2002.Ilmu Kebidanan.BP-SP:
Jakarta
http://modulkesehatan.blogspot.com/2012/12/makalah-asma-bronchial.html